JURNALISLAM.COM Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sebagai tuntunan begitu juga dalam hal ibadah, baik dalam ibadah sunnah maupun wajib . Maka dalam kesempatan kajian ramadhan kali ini kami akan membahas tentang apa dan bagaimana Ii’tikaf itu.
A. Definisi i’tikaf.
I’tikaf berasal dari kalimat: اعتكف، يعتكف، اعتكافا. menurut bahasa, artinya; berdiam, menetapi suatu tempat, baik menetapi suatu kebaikan atau kejahatan.
I’tikaf menurut istilah syara’ ialah; menetap atau berdiam didalam masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu.
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ ε: أَنَّ النَّبِىَّ ε كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ. ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ (رواه ابخاري، ومسلم، واحمد،وابو داود، والبيقي)
Dari ‘Aisyah, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata, ” Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, biasa I’tikaf pada sepuluh hari terakhir. Dari bulan Ramadhan, sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau mengerjakan I’tikaf sepeninggalannya,” (HSR. Bukhori: 2026, Mulim :5/ 1172, Ahmad :6/ 92, Abu Daud :2462, al-Baihaqi :4/ 315).
عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ε إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.(رواه البخاري ومسلم)
Dari ‘Aisyah RodhiAllahu’Anha , ia berkata,”Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila telah masuk sepuluh hari terakhir(dibulanRamadhan),maka ia menghidupkan malam itu, membangunkan istri-istrinya, dan mengencangkan ikat pinggangnya.”( HSR. Al-Bukhori :2024, Muslim :1174 ).
B. Hukum i’tikaf.
Hukum I’tikaf ada dua macam, yaitu: Sunnah dan Wajib.
I’tikaf sunnah ialah, I’tikaf yang dikerjakan dengan ikhlash untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengharapkan pahala dan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala, serta mengikuti sunnah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallampada i’tikaf ini tidak boleh dibatasi waktunya, baik sehari dua hari ataupun tiga hari kecuali yang telah ditetapkan syari’at.
I’tikaf wajib yaitu I’tikaf yang diwajibkan oleh dirinya sendiri adalah dengan bernazar, baik itu dengan nazar muthlaq, seperti dia mengatakan “Wajib atas diriku bernazar i’tikaf 3 hari atau sehari semalam,” atau dengan nazar bersyarat, seperti dia mengatakan,” Apabila aku lulus ujian atau sembuhkan dari penyakit aku akan akan beri’tikaf sehari semalam.”
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ εعَنْ رَسُولِ اللَّهِ ε أَنَّهُ قَالَ : مَن نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِىَ اللَّهَ فَلاَ يَعْصِهِ .
Dari ‘Aisyah, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ” Siapa saja yang bernazar kepada Allah akan mengerjakan suatu keta’atan kepada Allah, hendaklah ia penuhi nazarnya itu, Dab siapa saja yang bernazar untuk melakukan ma’shiyatkepada Allah, maka janganlah melakukan ma’shiyat itu,” (HSR. Al-Bukhori :6696, Ahmad :6/ 36, Abu Daud :3289 ).
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ εعَنْ رَسُولِ اللَّهِ ε أَنَّهُ قَالَ : مَن نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِىَ اللَّهَ فَلاَ يَعْصِهِ .
Dari ‘Aisyah, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ” Siapa saja yang bernazar kepada Allah akan mengerjakan suatu keta’atan kepada Allah, hendaklah ia penuhi nazarnya itu, Dab siapa saja yang bernazar untuk melakukan ma’shiyatkepada Allah, maka janganlah melakukan ma’shiyat itu,” (HSR. Al-Bukhori :6696, Ahmad :6/ 36, Abu Daud :3289 ).
C. Waktu i’tikaf.
I’tikaf yang wajib waktunya adalah sesuai dengan apa yang di nazarkan dan yang di iqrarkannya, adapun i’tikaf sunnah tidaklah ada batasan waktunya.
عن ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّ عُمَرَ سَأَلَ النَّبِىَّ ε قَالَ : كُنْتُ نَذَرْتُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ؟ قَالَ : فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ
Dari Ibnu ‘Umar, Bahwasanya ‘Umar bin Khoththob, bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,” Ya RosulAllah Aku pernah bernazar dizaman jahiliyyah akan beri’tikaf satu malam di Masjidil Harom ?, ‘bersabda beliau,”Penuhilah nazarmu itu,” (HSR. Al-Bukhori :2032, Muslim :1656)
D. Syarat i’tikaf.
Syarat-syarat i’tikaf bagi mu’takif (orang yang beri’tikaf) adalah;
1. Muslim.
2. Tamyiz.
3. Suci dari hadats besar (Junub, haidh, nifas).
4. Mendapat izin dari suami (bagi wanita).
5. Tidak menimbulkan Fitnah selama ber-i’tikaf (bagi wanita).
E. Rukun i’tikaf.
1. Niat, sebab tidak sah satu amalan tanpa niat.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء……( )
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya ber’ibadah kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya dalam menjalankan agama yang lurus…..(QS :al-Bayyinah:5).
Al Hadist,
رَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى.
Sengguhnya segala amal (perbuatan) tergantung pada niatnya. Dan manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya,” (HSR. Al-Bukhori/ Fathul bari 6/ 48, Muslim :19 0)
2. Tempatnya harus dimasjid.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid………………(QS.[2] al-Baqoroh :187).
F. Pembatal i’tikaf.
1. Sengaja keluar dari masjid tanpa adanya uzur syar’i sekalipun sebentar.
2. Melakukan amalan Syirik.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَوَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ( )
”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu,” Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Qs. Az-Zumar : 65)
3. Hilang akalnya sebab gila, mabuk, atau amnesia.
4. Haidh.
5. Nifas.
6. Bersetubuh (jima).
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوامَاكَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِمِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa (QS. Al-Baqoroh :187).
G. Hal-hal yang diperbolehkan ketika I’tikaf.
1. Menyisir rambut.
2. memangkas rambut.
3. Memotong rambut.
4. Membersihkan tubuh.
5. Memakai pakaian yang terbaik.
6. Memakai wewangian.
7. Mengunjungi suami bagi wanita (istri) yang sedang beri’tikaf.
8. Keluar untuk suatu keperluan yang sangat mendesak.
عَنْ عَائِشَةَ رَضيَ الله عَنْهَا:أنَّها كَانَتْ ترَجِّلُ النَّبِيεوَهِيَ حَائِضٌ،وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فِي الْمَسْجِدِ، وهِيَ فِي حُجْرَتِهَا، يُنَاوِلُهَا رَأسَهُ.وَكَانَ لا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إلاَّ لِحَاجَةِ الإنْسَانِ”.
Dari Aisyah, Bahwasanya ia pernah menyisir rambut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal dirinya sedang haidh, dan Nabi saw sedang beri’tikaf dimasjid. Aisyah berada didalam kamarnya dan kepala Nabi dimasukkan kedalam kamarnya. Dan Nabi apabila sedang beri’tikaf tidak pernah masuk rumah melainkan apabila ada keperluan (hajat). (HSR Bukhori 2029, Muslim 297)
H. Adab-adab I’tikaf.
Bagi yang beri’tikaf dianjurkan mengisi waktunya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan berbagai bentuk kegiatan yang telah disyaria’tkan dan dicontohkan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti shalat, membaca Al-Qur,an, membaca sholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. beristighfar, berdzikir, berdo’a, mengkaji tafsir, hadits, bedah buku ilmu pengetahuan dan lain-lain, di dalam ber i’tikaf hukumnya. makruh melakukan pembicaraan yang tidak bermanfa’at atau hal-hal yang tidak berfaedah, bahkan bisa menjadi haram hukumnya apabila beri’tikaf tetapi melakukan pergunjingan, ghibah atau gosip, perbuatan tersebut bertentangan dengan ajaran Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ber I’tikaf.
والله اعلم بالصواب
Demikian, semoga Allah memberi kita taufiq untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih. Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan ampunannya kepada kita di bulan mulia ini.
Semoga amal-ibadah di bulan suci ini kita berbuah pahala di sisi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Sumber: Kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi
Editor: Deddy | Jurnalislam