Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) dalam Mudzakarah Seribu Ulama mengingatkan bahwa kebangkitan umat Islam akan datang, dan boleh jadi bermula di Indonesia. Kuncinya adalah kesabaran. Kesabaran ulama dalam mendidik umat, kesabaran umat dalam perjuangan dan kesatuan langkah perjuangan.
Berikut catatan Ustaz Bachtiar Nasir dalam Mudzakarah Seribu Ulama di Tasikmalaya, Ahad (5/8/2018) yang Jurnalislam.com himpun. Selamat membaca:
Oleh: Ustaz Bachtiar Nasir
Membincang kebangkitan Islam, kita dapat melihat contoh paling real yaitu orang-orang yang bersabar dengan damainya di Gaza, ini sudah saya sampaikan dalam forum-forum dunia bahwa senjata terhebat yang dibutuhkan dunia saat ini adalah Assalam.
Dan tidak ada yang bisa menegakkan perdamaian kecuali mereka yang menegakkan Islam dengan Laailaha illallah muhammdarrasulullah.
Putin itu bukan komunis, Putin itu demokrat. Komunisme di Rusia tinggal 35%, dan komunisme di Rusia tidak PD memunculkan pemimpinnya karena kekuatan sosial komunisme sudah runtuh.
Saya ingin katakan, tidak ada kekuatan sosial di dunia ini sekokoh kekuatan sosial Islam. Jika negara dibangun berdasarkan kompromi-kompromi antara kekuatan-kekuatan sosial yang mempunyai daya tekan, saat ini di dunia tidak ada kekuatan sosial yang lebih kuat dari Islam.
Silahkan ke Tiongkok, kekuatan sosialnya hanya ada di pemerintahan. Seandainya kita di Indonesia ini tidak mau terpancing oleh mereka yang bermental penjajah yang ingin mengadudomba kita, kita kemudian kita bisa lewati. Insya Allah sebelum seratus tahun kebangkitan Islam di muka bumi dan Indonesia sebagai asal muasal kebangkitan itu. Lihat para pemuda di Palestina, Israel menekan mereka untuk menghentikan para pemuda itu melakukan aksi damai.
Agama damai itu Islam, dan yang bisa menegakkan kedamaian di muka bumi itu hanya Islam. Karenanya, sabar, jangan tergesa, jangan terpancing oleh syahwat politik yang tergesa-gesa.
Bersabarlah, waktu kita masih cukup, semua bisa teratasi, dengarkan apa kata ulama, dan ulama harus jernih dan hanya bersandar kepada Allah. Kita semua sudah mengatakan bahwa nyawa kami sudah untuk Islam.
Bersabarlah, jaga perdamaian. Saya katakan damai bukan berarti takut dan pengecut. Jangan sampai kita dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan politik yang saat ini kita sedang diuji.
Insya Allah 2019 akan menjadi Nashrun Muqdaiyyun, walaupun NashrunIhtiqoqi kita dapatkan setelah itu. Tapi terus terang, tidak semua orang bisa membaca. Mereka mengira sekarang ini sudah nashrun ihtiqoqi, kita ini masih di masa euforia, atas nama yang kemaren terus kemudian dikatakan kita kuat, kita hebat padahal belum terstruktur.
Sebagai penutup untuk mudzakarah nanti. Ada seorang tokoh pergerakan dunia datang kepada saya, dia berkata begini,
“Selamat untuk anda, karena rahmat Allah untuk kebangkitan Islam diturunkan dari Indonesia. Tapi ini disilent dari kalian kalau kalian tidak pandai menjaganya. Kami berbenturan langsung setiap hari dengan mereka, dan kamu sebagai sebuah bangsa baru diberikan kekautan itu oleh Allah.”
Ada 3 pertanyaan untuk dijawab di Mudzakarah nanti, 1. Kaifa Tarbiyah, 2. Wa Kaifal qiyadha, tsumma kaiful idarah?
Memangnya yang datang ke 212 itu hasil tarbiyah kita semua? Kalau mereka mengaku-ngaku bahwa 212 adalah saya, suruh dia bikin 212 sekali lagi, bisa gak mendatangkan massa sebanyak itu? Tidak ada yang bisa mengklaim.
Yang harus kita lakukan adalah bagaimana memperbaiki tarbiyah kita secara benar. Kita bisa mencari contoh-contoh tarbiyah yang hebat di muka bumi ini.
Yang kedua, Kaifal qiyadah?Apa mau gini terus? Siapa nih presiden kita? Ada ngga duitnya? Seakan-akan belum pernah ada pemilu. Ini karena belum rapih.
Terakhir, bagaimana manajemen (idarah)? Kita nggak bisa grasak-grusuk, nggak bisa hanya pasang-pasang badan, masing-masing ingin jadi pemimpin.
Semoga ini menjadi pelajaran dan saya masih optimis, Insya Allah kebangkitan di dunia sebentar lagi dan bermula dari Indonesia.