INGGRIS (Jurnalislam.com) – Rencana Rusia untuk reformasi politik di Suriah tidak akan menjadi titik fokus pembicaraan Wina mendatang yang bertujuan untuk menyepakati peta jalan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung empat tahun tersebut, utusan Inggris untuk PBB mengatakan Rabu (11/11/2015).
Rusia membeberkan rencana berisi delapan poin yang menyerukan pemilu setelah terjadinya proses reformasi konstitusi Suriah selama 18 bulan, di putaran terakhir perundingan internasional di Wina pada 30 Oktober, lansir World Bulletin, Kamis (12/11/2015).
"Kami memahami proposal Rusia," kata Duta Besar Inggris, Matthew Rycroft, kepada wartawan.
"Rencana delapan poin itu sendiri bukanlah pusat untuk diskusi di Wina, tetapi di Rusia," kata Rycroft.
Sekitar 20 negara dan badan-badan internasional akan bertemu di Wina pada hari Sabtu (14/11/2015) untuk mencoba menyepakati rencana perdamaian yang akan mencakup gencatan senjata antara rezim Bashar al-Assad dan beberapa kelompok oposisi.
Diplomat Barat lainnya menolak rencana yang disajikan hampir dua minggu lalu tersebut dan menganggapnya sebagai non-starter karena tidak menjelaskan kelanjutan rezim Assad.
Amerika Serikat dan sekutu Eropa serta Arab menuntut Assad harus dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan di beberapa titik dalam transisi, namun Iran dan Rusia tidak setuju.
Seorang diplomat Dewan Keamanan menjelaskan proposal reformasi Rusia itu sebagai "barang di belakang amplop" dan mengatakan bahwa itu bukan sebuah jawaban.
Rencana Rusia itu tertuang dalam sebuah dokumen berjudul "pendekatan untuk penyelesaian krisis Suriah" yang menyerukan pembentukan komisi konstitusi yang terdiri dari anggota kelompok domestik dan di luar oposisi.
Dokumen ini menetapkan bahwa presiden Suriah tidak akan memimpin komisi konstitusi dengan pilihan yang akan disepakati oleh anggota komisi.
Dalam proposal ini, pemilihan parlemen dan presiden akan diadakan secara bersamaan setelah konstitusi disetujui dalam referendum.
Tapi dokumen tersebut tidak menentukan bahwa Assad tidak akan diizinkan untuk ikut dalam pemilihan tersebut.
"Itu saja tidak cukup," kata diplomat, yang meminta untuk tidak diidentifikasi.
"Harus ada kejelasan lebih besar dari itu, kepastian yang lebih besar," katanya.
"Yang harus menjadi bagian dari kesepakatan akhir adalah bahwa titik akhirnya Assad tidak akan berkuasa."
Para diplomat mengatakan Arab Saudi khususnya mengambil sisi garis keras dan bersikeras pada komitmen yang jelas menentang musuh bebuyutannya, Iran, dan juga Rusia, untuk memastikan bahwa Assad keluar dari panggung politik.
Seorang diplomat Rusia mengatakan dokumen itu lebih terlihat seperti visi bukannya rencana dan menekankan bahwa diskusi tentang jalan Suriah ke depan sedang berlangsung.
Pada pertemuan Dewan Keamanan tertutup pada Selasa, ide-ide Rusia tersebut tidak dibahas, namun utusan Staffan de Mistura mengulurkan harapan bahwa gencatan senjata bisa disepakati dalam perundingan Wina pada hari Sabtu.
De Mistura mengutip surat yang ia terima Ahad ini dari Suriah yang berjanji untuk menghentikan penggunaan senjata yang sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mungkin ada jeda dalam pertempuran, kata para diplomat.
Utusan itu berharap bahwa gencatan senjata akan menyelesaikan perang antara kelompok bersenjata di Suriah yang dianggap “koalisi pejuang Suriah” dan yang merupakan bagian dari oposisi dengan rezim Assad.
Mereka yang menghormati gencatan senjata akan diberi kesempatan yang lebih baik mendapatkan pengakuan sebagai kelompok oposisi dengan duduk di meja untuk terlibat pembicaraan damai, kata para diplomat.
Pembicaraan Wina menandai upaya internasional yang serius untuk mengakhiri perang global yang telah membuat 250.000 orang tewas dan memicu krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
Deddy | World Bulletin | Jurniscom