Ini Pernyataan Jurnalis Islam Bersatu Terkait Pemblokiran Situs Media Islam

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Jurnalis Islam Bersatu (JITU) menyatakan bahwa pemblokiran situs-situs media Islam oleh Kemkominfo atas permintaan BNPT telah merugikan umat Islam. Pemblokiran tersebut jelas sewenang-wenang karena pemerintah telah memberikan cap radikal kepada situs-situs media Islam.

"Pemblokiran tersebut tidak memiliki dasar dan proses hukum yang jelas, transparan dan bertanggungjawab. Sehingga berdampak buruk kepada umat Islam," tegas ketua JITU Agus Abdullah di hadapan ribuan peserta Tabligh Akbar "Jangan Berangus Media Dakwah Kami” di Masjid Al Azhar, Jakarta Selatan, Jum’at (3/4/2015).

JITU menilai BNPT telah melakukan stigmatisasi radikalisme kepada media-media Islam. Karenanya, JITU meminta kepada Menkominfo untuk segera melakukan normalisasi situs-situs media Islam yang diblokir sesuai tuntutan masyarakat yang menginginkan kembalinya media Islam.

"Mendesak pemerintah untuk tidak gegabah dalam menjatuhkan cap radikal kepada umat Islam," pungkas ketua JITU periode 2015-2019 itu.

JITU sendiri merupakan wadah perkumpulan bagi wartawan-wartawan Muslim baik dari media Islam maupun media mainstream.

Reporter : Ridwan | Editor : Ally | Jurniscom

Logo Jitu

Patriotik Eropa Penentang Islamisasi Barat Adakan Aksi Pertama di London

LONDON (Jurnalislam.com) – Gerakan sayap kanan Patriotik Eropa Penentang Islamisasi Barat, yang juga dikenal sebagai PEGIDA, mengadakan pawai pertama di London, UK, di depan kediaman Perdana Menteri pada hari Sabtu (04/04/2015).

Protes, yang diikuti sedikit partisipasi, diselenggarakan oleh cabang Inggris dari gerakan sayap kanan Jerman yang didirikan pada tahun 2014. PEGIDA Inggris memilih lokasi untuk pertemuan hari Sabtu di Downing Street London yang terkenal, yang juga merupakan tempat tinggal de facto Perdana Menteri dan dekat dengan Lembaga Parlemen dan Istana Buckingham.

PEGIDA Cabang Inggris sebelumnya telah mengumumkan pawai melalui akun resmi Facebook mereka dengan mengatakan, "Apakah kau patriotik? Apakah Anda setia kepada negara Anda? Apakah Anda meluangkan waktu? Apakah Anda tinggal di London? Di mana Anda akan berada saat pukul 5:00? Menonton TV atau mengikuti pawai patriotik PEGIDA Inggris? Apa alasan Anda? Negara Anda membutuhkan Anda berada di London."

Sekitar 100 pengunjuk rasa berkumpul dan membawa bendera nasional UK dan England.

Secara terpisah, organisasi anti-rasisme yang disebut London Anti-Fascist, atau AFN, dan Unite Against Fascism, atau UAF, melancarkan pawai anti-rasisme dan anti -PEGIDA selama satu jam sebelum pawai PEGIDA.

AFN merilis pernyataan melalui situs resminya, mengatakan, "London Anti-Fascist menentang segala bentuk gerakan reaksioner – dari jalan-jalan ke negara-negara bagian. Kita melihat PEGIDAUK sebagai salah satu wujud dari kegelisahan dalam masyarakat yang disebabkan oleh pembagian negara dan pengaturan taktik, kebencian rasial dan agama yang diaduk di media dan penurunan standar hidup."

PEGIDA mengorganisir protes di Norwegia, Denmark, Swedia dan Inggris pada bulan Januari dan Februari 2015, dengan partisipan yang rendah. Kelompok ini membual akan memiliki ribuan demonstran, tapi kemudian kenyataannya tidak. Hanya ratusan orang mengambil bagian dalam kontra-demonstrasi menentang protes.

 

Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom

 

Kelompok Gabungan Anti Islam “Reclaim Australia” Bentrok Dengan Pengunjuk Rasa Pro Islam

MELBOURNE (Jurnalislam.com) – Emosi tersulut dan polisi turun tangan saat pengunjuk rasa turun ke jalan untuk berbaris melawan kekuatan gabungan kelompok anti-Islam di seluruh Australia, Sabtu (04/04/2015).

Demonstran terbungkus bendera Australia membawa poster dan meneriakkan pesan-pesan anti-Islam seperti "Hukum Syariah sama dengan Pedofilia," dan "Tuhan Selamatkan Kami" di Sydney, sementara di Perth garis polisi terpasang dan petugas lainnya, beberapa diantaranya membawa anjing, terus menerus menjaga.

Di Melbourne, The Age melaporkan bahwa pengunjuk rasa  berteriak satu-lawan-satu terjadi dan terkadang berubah menjadi aksi dorong mendorong.

Preman-preman botak bertato meludahi kamera. Sesekali pukulan nyasar dilemparkan.

Sebuah media rilis oleh Rise Up Australia – sebuah kelompok yang berpartisipasi di bawah banner "Reclaim Australia" – menyatakan bahwa "gerakan akar rumput" pada hari Sabtu dimulai dengan hanya beberapa warga Australia yang "merasa sakit jika hanya tinggal diam sementara Islam, melalui multikulturalisme, secara perlahan tapi pasti mengambil … hak-hak dan kebebasan."

Kuranda Seyit – seorang juru bicara Dewan Islam Victoria – mengatakan kepada The Anadolu Agency bahwa slogan gerakan "Reclaim Australia" benar-benar  tidak masuk akal.

"Apa sebenarnya yang hendak mereka reklamasi," tanya Seyit, yang juga berbicara hari Sabtu dalam pawai pro-Islam di Sydney.

"Satu-satunya hal yang dapat saya lihat adalah hilangnya martabat, moral dan harga diri mereka. Ini merupakan penghinaan terhadap Australia, yang membanggakan diri mengenai multikulturalisme dan toleransi."

Perasaan mereka tertuang dalam spanduk demonstran yang menggambarkan bendera Aborigin.

"Bukan Hak Kalian untuk Reclaim!" spanduk itu menyatakan.

Reclaim Australia mengangkat  masalah-masalah tentang pemakaian burqa, ekstremisme Islam dan "ketakutan bahwa hukum syariah sedang meningkat" di Australia.

Pengunjuk rasa tandingan berpendapat bahwa gerakan tersebut anti-Muslim dan Islamofobia. Clare Fester, yang mengorganisir unjuk rasa tandingan di Sydney, mengatakan kepada The Anadolu Agency bahwa Reclaim hanya menyebarkan "rasis dan memecah belah."

Juru bicara gerakan, Catherine Brennan membantah tuduhan pada hari Sabtu, seraya mengatakan kepada AA bahwa Reclaim Australia adalah "hanya menyatakan patriotisme."

"Kami ingin kembali ke nilai-nilai tradisional Australia," katanya. "Kami ingin kembali ke waktu ketika kita bisa berjalan ke Lindt Cafe dan tidak khawatir bahwa kita akan diledakkan atau ditembak."

Penyelenggara mengklaim lebih dari 700 pendukung berkumpul untuk Reclaim Australia di Sydney, 2.000 di Melbourne, dan lebih dari 500 di Gold Coast dan di Adelaide.

Pengunjuk rasa tandingan mengatakan jumlah mereka setara.

Brennen mengatakan kepada AA bahwa dua pembicara Reclaim "ditarik keluar karena mereka mendapat ancaman pembunuhan," sementara laporan mengatakan total empat orang ditangkap – tiga di Melbourne dan satu di Hobart.

Polisi menutup unjuk rasa Melbourne "untuk keselamatan publik," dan menempatkan petugas untuk memisahkan kedua pihak pengunjuk rasa.

"Kelompok lain menyerang peserta yang memegang bendera dan tertahan oleh garis penjagaan dan polisi berkuda – 500 orang berada di daerah unjuk rasa dan 2.000 lebih lainnya tidak mampu melewati agitator kiri," kelompok mengklaim pada halaman Facebook-nya.

Juru bicara Dewan Islam Victoria, Seyit, mengatakan bahwa kedua aksi unjuk rasa menjadi lebih konfrontatif ketika polisi datang berhadapan dengan pengunjuk rasa.

Sudah jelas bahwa mereka mendapat instruksi untuk tidak membiarkan para demonstran pro-Muslim untuk mendekat ke pengunjuk rasa Reclaim, tambahnya. "Tidak ada yang berani menantang mereka."

Dia mengatakan kepada AA bahwa sangat penting untuk menjaga sentimen anti-Islam di Australia dalam sebuah perspektif.

"Pendukung utama kelompok anti-Islam yang berusaha untuk menimbulkan masalah hanyalah masalah kecil. Mereka mempermainkan ketakutan masyarakat dan berusaha menciptakan kesan bahwa umat Islam berbahaya dan akan mengubah cara hidup Australia. "

Yang dilakukan kelompok ini hanya sedikit dibandingkan "menjual ketakutan dan memanfaatkan isu situasi bahwa Negara Islam [Daes] telah dibuat," tambahnya.

Akun Twitter Reclaim Australia telah di-hacked sebelum pawai Sabtu.

Seorang pengunjuk rasa menggunakan nama Jeremy memposting pesan tentang narkoba, berkencan dengan seorang gadis bernama "Shazza" dan xenophobia.

Ia mengaku – dalam sebuah pernyataan yang ia sebut "pernyataan resmi" – bahwa aksi unjuk rasa telah dibatalkan, dan memposting tweet yang mengatakan, "sebenarnya masalah umat Islam apa sih, saya tidak mengerti."

 

Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom

FUI Bima Desak DPRD Segera Usut Izin Pembangunan Pura Tambora

BIMA (Jurnalislam.com) – Menindaklanjuti surat kecaman Forum Umat Islam (FUI) Bima atas sikap diam pemerintah daerah Kabupaten Bima terkait keberadaan Pura Tambora, FUI Bima mendatangi Ketua DPRD Kabupaten Bima dan Ketua Komisi IV, Senin (30/3/2015). FUI mendesak pemerintah daerah untuk segera merespon pengaduan umat Islam terkait izin pembangunan Pura Tambora yang dinilai ilegal.

“Kami meminta dengan tegas kepada Ketua DPRD untuk segera mengusut masalah perizinan dan keberadaan Pura di kawasan hutan lindung tersebut,” tegas Ketua FUI Bima, Ustadz Azikin bin Manshur.

Ustadz Asikin juga memaparkan awal mula berdirinya Pura yang kini disebut-sebut sebagai Pura terbesar se Asia Tenggara itu.

“Pada tahun 1984 ada perusahaan pengelola kayu PT Bayu Aji yang mempekerjakan tiga penganut agama ; Islam, Kristen dan Hindu. Karena wilayahnya di hutan, maka para pekerja dari tiga pemeluk agama ini sepakat mendirikan tempat ibadah masing-masing yang bersifat sementara,” ungkap Ustadz Asikin

Tetapi setelah PT Bayu Aji tidak beroperasi, lanjutnya, para pekerja meninggalkan hutan itu, “Dua tempat ibadah yaitu Mushalla dan Gereja dibongkar tetapi hanya pura yang dibiarkan, bahkan dipugar pada tahun 2005, sehingga hari ini menjadi pura terbesar se-Asia Tenggara tanpa ada surat izin pembangunan tempat ibadah,” terangnya.

Ustadz Asikin menjelaskan bahwa pemukiman Hindu berada sekitar 2 Km dari Pura, mereka hanya terdiri dari 22 kepala keluarga. Pura tersebut justru berada di tengah-tengah pemukiman umat Islam yang mayoritas.

Ketua DPRD Kabupaten Bima Murni Suciyati menyambut baik pengaduan FUI tersebut. Untuk meninjau ulang surat izin pembangunan Pura Tambora, Murni meminta FUI untuk kembali mengirimkan surat kepada DPRD Kabupaten Bima.

Setelah itu, lanjut Murni, DPRD akan menyampaikannya ke Komisi I yang membidangi perizinan dan Komisi III tentang kehutanan karena lokasi Pura juga berada dalam kawasan hutan lindung.

“DPRD berjanji akan menyampaikan rekomendasi ke Bupati Bima sebagai pihak berwenang dalam masalah ini. Serta akan memanggil Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Bima untuk duduk bersama FUI,” jelas Murni.

Ini adalah kali kedua FUI mendatangi DPRD Kabupaten Bima. Sebelumnya, pada tanggal 15 Januari 2015, FUI melayangkan laporan pengaduan umat Islam yang berada di sekitar Pura.

Pura Jagad Agung Tambora yang terletak di Desa Pancasila, Kecamatan Pekat, Kabupaten Bima, NTB itu dinilai telah meresahkan warga karena sering dikunjungi umat Hindu dari luar Bima yang melakukan ritual-ritual keagamaannya disana. Sedangkan pura tersebut berada di tengah-tengah pemukiman umat Islam.

Reporter : Sirath | Editor : Ally | Jurniscom

Populasi Muslim di Dunia Akan Samai Kristen Pada Tahun 2050

JURNALISLAM.COM, Populasi Muslim di dunia sedang berkembang pesat, dan pada tahun 2050 diperkirakan jumlah umat Islam di dunia akan menyamai umat Kristen. Dan hal tersebut akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah.

Prediksi tersebut merupakan hasil riset Pusat Penelitian non-partisan Pew yang berkantor di Washington, AS yang dirilis pada Kamis, (2/4/2015).

"Kebanyakan agama besar, termasuk Kristen akan melihat perkembangan jumlah umat Islam. Pertumbuhan umat Islam yang luar biasa, serta munculnya orang-orang yang tidak terafiliasi dengan agama apapun (atheis), siap mengubah keseimbangan sejarah beragama di Eropa, Amerika Serikat dan Afrika selama empat dekade kedepan," tulis penelitian itu.

Menurut penelitian itu, pada tahun 2050 akan ada lebih banyak Muslim daripada orang-orang Yahudi di AS, meskipun kedua kelompok tersebut akan tetap menjadi minoritas.

Penelitain juga mengatakan, AS akan tetap menjadi negara Kristen mayoritas, meskipun jumlah orang menyebut diri sebagai Kristen diperkirakan akan menurun tiga-perempat dari dua-pertiga populasinya.

Ally | Jurniscom

 

Ustadz Bachtiar Nasir : “Media Islam Harus Menjadi Media Mainstream di Indonesia”

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pemblokiran sejumlah situs media Islam oleh BNPT melalui tangan Kemkominfo adalah momen bersatunya media Islam. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dalam acara Tabligh Akbar “Jangan Berangus Media Dakwah Kami!” di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (3/4/2015) malam.

“Ketika mendengar diblokir termasuk punya saya, saya langsung bilang Alhamdulillah. Untuk menyatukan media Islam itu susah, nah pas ada (kasus pemblokiran-red) ini bersatu semua,” kata UBN.

Menurutnya, meskipun kecil dan miskin, tapi media Islam mampu mengalahkan media-media BNPT yang besar  dalam perang isu.

“Kalau kita berbicara media, maka kita berbicara perang isu. Mereka itu malu punya media besar-besar tapi kalah isu sama media Islam yang kecil-kecil dan miskin itu,” sindir UBN.

Dan yang lebih membahagiakan lagi, lanjut UBN, dengan adanya kasus ini pembelaan terhadap media Islam juga datang dari mereka yang bukan pembaca situs Islam.

Terakhir beliau mengungkapkan harapannya untuk media-media Islam di Indonesia.

“Sudah saatnya media Islam berfikir jauh. Karena umat Islam itu terbesar di Indonesia, maka mulai hari ini cara berfikir kita satu. Media Islam harus menjadi media mainstream di Indonesia,” cetusnya disambut pekik takbir jamaah Tabligh Akbar.

Bagi UBN, kasus pemblokiran yang menyatukan media-media Islam adalah rejeki dari Allah Swt yang harus disyukuri.

Reporter : Ridwan | Editor : Ally | Jurniscom

Diprotes Banser, Deklarasi Cirebon Menolak Syiah Batal

CIREBON (Jurnalislam.com) – Sejumlah orang berseragam Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama mendatangi Gedung Islamic Center Masjid At Taqwa Kota Cirebon, Sabtu (4/4/2015). Kedatangan mereka untuk memprotes Deklarasi Cirebon Menolak Syiah yang merupakan bagian dari acara diskusi tentang kesesatan dan penyimpangan Syiah yang diselenggarakan oleh Forum Ormas Islam Cirebon (FOIC) di gedung tersebut. 

Menurut penuturan salah seorang panitia acara Abu Usamah, pihak Banser menolak dicantumkannya logo NU dalam spanduk acara tersebut. Namun, pihak panitia mengaku telah mengantongi izin dari Ketua PBNU Kota Cirebon. 

"Satu hari sebelum acara, pihak Ansor dan Banser menolak dengan sangat keras logo NU dicantumkan di spanduk acara diskusi. Mereka juga menyatakan tidak mendukung acara tersebut," ujar Abu Usamah  kepada Jurniscom.

Abu Usamah menjelaskan bahwa Banser juga menekan Polresta dan pihak Islamic Center Cirebon untuk membatalkan acara dan mengancam akan mengerahkan 1000 Banser jika acara tetap dilaksanakan. Namun acara tetap dilaksanakan sesuai jadwal, hingga akhirnya sejumlah orang berseragam Banser NU mendatangi lokasi acara dan menuntut pembubaran acara.

Keadaan mulai memanas ketika mereka memaksa memasuki gedung untuk membubarkan paksa acara, namun berhasil dihadang oleh aparat kepolisian. Mereka pun bertahan di depan Gedung Islamic Center sambil meneriakkan yel-yel provokatif.

Abu Usamah menuturkan bahwa mereka juga menghasut peserta yang hendak mengikuti acara Deklarasi. "Bu…pak…jangan menghadiri acara itu. Itu acara ISIS aliran sesat," kata Abu Usamah menceritakan kembali pengakuan para peserta.

Dengan berbagai pertimbangan, panitia membatalkan bagian akhir acara, yaitu Deklarasi Cirebon Menolak Syiah dan tetap melanjutkan diskusi ilmiah bertajuk "Memperkokoh Aqidah Ahlusunnah Waljamaah dari Noda Kesesatan" itu.

Menanggapi kejadian itu, salah satu pemateri diskusi Prof. Dr. Muhammad Baharudin, SH, MA menilai ada campur tangan Syiah untuk menggagalkan deklarasi tersebut.

"Modusnya itu sama dan akan terulang, intinya itu mereka ingin menggagalkan jangan sampai orang tahu Syiah itu seperti apa," tegasnya. 

Acara yang dihadiri ratusan peserta itu menghadirkan tiga pembicara, Prof. Dr. Muhammad Baharudin, SH, MA (ketua komite hukum MUI Pusat), KH Buya Yahya (pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon) dan Ustadz Muhammad Ridwan (MUI Jabar). 

FOIC sendiri terdiri dari Muhammadiyah, Persis, Majelis Mujahidin, Jama'ah Ansharusy Syari'ah, GAPAZ, ALMANAR, GARDAH, FPI, AL IRSYAD, DDI, FKAM.

Reporter : Agung | Editor : Ally | Jurniscom

 

Suasana Diskusi Ilmiah Memperkokoh Aqidah Ahlusunnah dari Noda Kesesatan

Aparat Kepolisian Menghadang Massa Banser 

Ratusan peserta memenuhi Gedung Islamic Center Cirebon

Blokir Situs Media Islam, Adnin Arnas : Terimakasih BNPT…

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pemimpin redaksi Majalah Gontor Adnin Armas, MA berterimakasih kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) atas pemblokiran sejumlah situs media Islam yang dituduh sebagai situs radikal. Atas tindakan itu, menurutnya, media Islam bersatu dan semakin kokoh.

“Terimakasih kepada BNPT, karena beberapa media Islam dengan masalah ini semakin kokoh dan semakin bersatu,” tegas Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) itu dalam acara Tabligh Akbar “Jangan Berangus Media Dakwah Kami” di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (3/4/2015).

Beliau juga menyatakan umat Islam yang mayoritas di negeri ini diperlakukan seperti minoritas. Di negara-negara barat, kata Adnin, situs Islam belum tentu diblokir.

“Terimakasih, karena telah menyentak kesadaran umat Islam,” tuturnya.

Adnin Arnas juga mengaku prihatin atas kasus pemblokiran situs media Islam yang juga dilakukan terhadap media telah lama menjalin kerjasama dengan BNPT.

“Yang temen aja disikat. Ini seperti Amerika. Amerika ini kadang-kadang kalau temen udah gak penting lagi di depak,” kata Adnin menyinggung diblokirnya situs gemaislam.com

Dalam acara Tabligh akbar pukul 19.30 sampai 22.00 tadi malam itu hadir sebagai pembicara Ustadz Bachtiar Nasir dari AQL Islamic Center, pemimpin redaksi Hidayatullah Mahladi, Musthofa B Nahrawardaya tokoh muda Muhammadiyah, dan Irjenpol (Purn) Anton Tabah.

Reporter : Ridwan | Editor : Ally | Jurniscom

Alhamdulillah, Masjid Red Juma Dibuka Kembali setelah 90 Tahun Ditutup dan Dijadikan Bioskop

RUSIA (Jurnalislam.com) – Masjid ini pertama kali dibuka pada tahun 1901 namun diambil alih dan ditutup pada tahun 1920 kemudian digunakan sebagai bioskop dan setelah itu digunakan sebagai restoran yang menyajikan alkohol. Restorasi tahun 2002 mulai membuka masjid kembali sebagai tempat ibadah.

Masjid Juma Merah, yang terletak di wilayah Tomsk Rusia kembali dibuka untuk ibadah setelah 90 tahun untuk menyenangkan kaum Muslim dalam upacara resmi.

Gubernur Tomsk Sergey Jvachkin, Walikota Ivan Kleyin, Ketua Parlemen Republik Chechnya Dukuvah Adurakhmanov, dan Mutfi Republik Chechnya Salah Haci Meciev meresmikan upacara yang juga dihadiri oleh berbagai perwakilan dari komunitas Islam serta ratusan umat Islam yang merupakan bagian dari jamaah.

Para tamu disambut di pintu masuk masjid oleh Mufti Perwakilan Rusia Asia Syeikh  Nfigullah Asirov dan Mufti Regional Tomsk dan Imam Masjid Red Juma Nizomutdin Jumaev.

Imam Regioal Tomsk Ozotmutdin Umayev membuka upacara dengan bacaan Al-Qur'an dan Syeikh Nafigullah Ahsyrov memberikan pidato, berterima kasih kepada para peserta.

Gubernur Jvachkin mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Tomsk yang membantu renovasi dan juga berterima kasih kepada pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadirov. Gubernur Rusia menunjukkan bahwa pemulihan masjid telah memperindah seluruh kota.
 

Deddy | World Bulletin | Jurniscom

Amir Jabhah Nusrah : Pentingnya Ukhuwah Pada Keberhasilan di Idlib dan Untuk Penaklukan Lainnya

JURNALISLAM.COM – Syeikh Abu Muhammad al Jaulani, amir Jabhah Nusrah, merilis pidato audio berjudul "Nasru minallahi wafathun qoriib" (Pertolongan hanya dari Allah dan kemenangan itu amatlah dekat), Rabu (1/4/2015). Audio berdurasi 15 menit itu membahas jatuhnya Idlib kepada pasukan koalisi mujahidin.

Syeikh Jaulani mengajarkan persatuan jihad di kota Idlib, yang dikuasai oleh koalisi jihad bernama Jaisy Al-Fath (Tentara Penakluk) akhir bulan lalu. Jabhah Nusrah, cabang resmi Al Qaeda, dan sekutu dekatnya, Ahrar al Sham, memainkan peran utama dalam koalisi.

Jabhah Nusrah tidak berusaha untuk secara sepihak mendominasi Idlib, menurut Syeikh  Jaulani. Sebaliknya,  mujahidin  Jabhah Nusrah  "menekankan bahwa kita tidak ingin memerintah kota sendiri tanpa pihak lain". Syeikh Jaulani menambahkan bahwa "konsultasi adalah sistem terbaik bagi pemerintahan".

Syeikh Jaulani ingin memastikan pelayanan publik kota terus beroperasi dan orang-orang bisa bekerja, bahkan jika ada lebih banyak warga daripada jumlah pekerjaan yang ada. Dan dia menyerukan pembentukan pengadilan syariah umum untuk menengahi perselisihan warga negara. "Semua orang harus mengajukan keluhan dan pengaduan mereka, bahkan jika telah sepuluh tahun berlalu," kata Syeikh Jaulani, menurut SITE.

Pada bulan Juli 2014, pidato audio Syeikh Jaulani yang bocor menyebabkan kegemparan di kalangan jihadis Suriah. Terdengar dari pidato yang bocor tersebut bahwa Syeikh  Jaulani mengatakan bahwa waktu untuk menyatakan sebuah imarah (negara bagian) di Suriah "telah datang" dan Jabhah Nusrah akan membangun negaranya bergantung pada "hukum Allah dalam setiap arti kata, tanpa kompromi, rasa puas, dalih, atau pengelakan".  Kata-kata Syeikh Jaulani itu, yang tidak dimaksudkan untuk audiens di luar Jabhah Nusrah,  tapi secara luas ditafsirkan bahwa kelompok itu tidak akan berkonsultasi dengan kelompok pejuang lainnya mengenai arah jihad di Suriah

Segera setelah audio Syeikh Jaulani tersebut bocor pada musim panas 2014, Jabhah Nusrah dengan cepat mengeluarkan pernyataan menyangkal bahwa mereka telah menyatakan sebuah imarah di Suriah, dan menambahkan bahwa mereka akan melakukannya hanya jika "para ulama Ahluts tsughur setuju dengan sikap kami."

Dengan kata lain, Jabhah Nusrah hanya akan mendeklarasikan sebuah imarah setelah berkonsultasi dengan kelompok-kelompok jihad ternama dan tokoh-tokoh ulama terkemuka lainnya. Untuk menekankan hal ini, Syeikh Abu Firas al Suri, seorang veteran al Qaeda yang menjabat sebagai juru bicara Jabhah Nusrah, merilis sebuah video yang mengatakan bahwa kelompoknya akan mengumumkan sebuah emirat setelah "berkonsultasi dengan mereka yang memiliki afiliasi Islam, baik dari faksi jihad, atau pemimpin lokal di negeri Suriah, atau orang-orang yang berpengaruh, dan tentu saja, dengan semua ulama dalam dan luar negeri."

Pidato Syeikh Jaulani yang baru dirilis bisa dilihat sebagai upaya untuk memadamkan setiap kontroversi atas peran Jabhah Nusrah di Idlib, sehingga jelas bahwa pasukan  Syeikh Jaulani akan terus bekerja sama dengan fraksi lain sebagai oposisi untuk merebut kekuasaan dari rezim pemerintah. Keputusan Jaulani untuk menekankan pentingnya "konsultasi" adalah kelanjutan dari kata-kata  Syeikh Abu Firas al Suri tahun lalu.

Komandan jihad lainnya yang terlibat dalam pertempuran Idlib memiliki pendapat yang sama. Dalam pesannya setelah jatuhnya kota Idlib, amir Ahrar al Sham, Ayeikh Abu Jaber, mengeluarkan pernyataan ucapan selamat bagi para pejuangnya untuk keterlibatan mereka dalam misi yang sukses. Tapi dia juga mengingatkan anak buahnya, menurut terjemahan SITE, bahwa kemenangan sejati hanya akan tercapai "dengan keluarnya pemeluk agama Allah dalam perkumpulan".  Dan hal ini akan terjadi jika para jihadis "menghadirkan gambaran yang jelas untuk mereka, mengenai penyelesaian secara Islam dan administrasi Islam untuk urusan rakyat," Syeikh Abu Jaber mengatakan.

Syeikh Abu Jaber menyarankan bahwa aturan ini hanya mungkin jika "setiap kelompok… meninggalkan kepentingan faksi mereka dan mendahulukan kepentingan Islam serta menghapus penderitaan rakyat yang terluka."

Dengan kata lain, menurut pemimpin Ahrar al Sham itu, tidak ada satu faksi jihad pun yang boleh mendominasi pihak lain.

Seperti  Syeikh Abu Jaber,  Syeikh  Jaulani memandang bahwa dukungan rakyat sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang jihadis.  Syeikh Jaulani berpendapat "reputasi Muslim dan para amir akan diperoleh bukan dengan meneror orang, tetapi dengan mengamankan mereka dan menghentikan penindasan" . Hanya dengan hal tersebut orang-orang kemudian akan "berkumpul di sekitar mujahidin dan tidak akan melawan mereka, dan mereka akan membantu kekuatan mujahidin untuk menjaga diri mereka".

Dalam video yang disebarkan secara online dan diposting dalam Twitter resmi -nya, Syeikh Abdallah Muhammad al Muhaysini juga berpendapat bahwa jihad di Jaisy Al-Fath harus tetap bersatu dan menahan diri untuk tidak menyalahgunakan rakyat. Syeikh Muhaysini memainkan peran penting dalam Jaisy Al-Fath, dan telah menasihati para jihadis tentang pengaturan kota. Syeikh Muhaysini telah menyetujui sebuah dewan multi-kursi yang mewakili faksi jihad utama. Menurut laporan pers, Ahrar al Sham akan mendominasi dewan ini, dan Jabhah Nusrah juga akan memegang beberapa kursi.

Fakta sederhana dari masalah ini adalah bahwa Syeikh Jaulani tidak akan setuju dengan pengaturan tersebut jika koalisi Jaisy Al-Fath tidak mematuhi hukum syariah yang konsisten dijalankan oleh  Jabhah Nusrah dan juga sebagai keyakinan al Qaeda.

Syeikh Muhaysini memang berafiliasi dengan Al Qaeda. Dia bahkan mengatur inisiatif di awal 2014 bertepatan dengan pesan dari Ayman al Zawahiri.

Dan pemimpin al Qaeda yang tertanam dalam jajaran Ahrar al Sham, setidaknya memberikan bantuan dalam kelompok. Sanafi al Nasr, ahli strategi senior Al Qaeda yang bergabung dengan Jabhah Nusrah, bahkan telah mengaku di Twitter bahwa kepemimpinan senior Al Qaeda mengirim orang ke Suriah untuk bergabung dengan Ahrar al Sham.  Syeikh Abu Khalid al Suri, yang menjabat sebagai kepala perwakilan Ayman al Zawahiri di Suriah sampai saat kematiannya pada bulan Februari 2014, adalah salah satu tokoh paling senior Ahrar al Sham. Dan Hassan Abboud, pemimpin Ahrar al Sham, adalah salah satu murid Syeikh al Suri. Hassan Abboud bersama dengan para pemimpin Ahrar al Sham lainnya, gugur dalam ledakan September lalu. Al Qaeda secara terbuka berduka di media sosial atas kepergian para pemimpin Ahrar al Sham itu.

Setidaknya satu veteran Al-Qaeda dilaporkan gugur saat berperang untuk Ahrar al Sham di Idlib. Jihadis online mengidentifikasi pria yang dikenal sebagai Syeikh Abu Hafs al Masri sebagai pemimpin Ahrar al Sham dan juga sebagai veteran al Qaeda yang berperang di Afghanistan, Bosnia dan Somalia. Menurut beberapa laporan di Twitter, Syeikh al Masri menjabat sebagai instruktur militer Al-Qaeda.

Dalam kompilasi tweet dan pernyataan yang diposting secara online, Syeikh Muhaysini mengatakan ia telah bertemu dengan Abu Hafs dan memujinya sebagai salah satu "syuhada" di Idlib.

Dalam pidato barunya, Syeikh Jaulani mendata beberapa mujadid yang syahid dalam invasi Idlib, termasuk dua orang Mesir. Syeikh Jaulani menyebutkan salah satu dari keduanya sebagai "Abu Hafs," yang kemungkinan adalah Abu Hafs al Masri (atau Abu Hafs dari Mesir). Warga Mesir lainnya yang dihormati Jaulani sebagai syuhada adalah Abu al Bara'a. Menurut para jihadis di Twitter, seorang komandan Ahrar al Sham yang gugur dalam pertempuran Idlib dikenal sebagai Abu al Bara'a al Masri. Tidak diketahui apakah Abu al Bara'a memiliki latar belakang al Qaeda seperti Abu Hafs.

Jatuhnya pasukan rezim Bashar al Assad di Idlib adalah kemenangan besar bagi koalisi Jaisy Al-Fath.  Selain Jabhah Nusrah dan Ahrar al Sham, yang termasuk dalam aliansi antara lain adalah Jund al Aqsa, Liwa al Haqq, Jaysh al Sunna, Ajnad al Sham, dan Faylaq al Sham.

Al Qaeda setidaknya memiliki pengaruh terhadap beberapa dari kelompok tersebut. Jund al Aqsa, misalnya, bekerja sama dengan Jabhah  Nusrah untuk memerangi kelompok bersenjata yang didukung Barat (Amerika Serikat) di provinsi Idlib akhir tahun lalu. Jabhah Nusrah dan Jund al Aqsa melanjutkan serangan terhadap Suriah Revolutionaries Front (SRF), dan berhasil merebut beberapa kota dan desa dari SRF. Jund al Aqsa juga menuduh SRF telah membunuh pendirinya, yaitu Syekh Abdul Aziz al Qatar, yang dilaporkan berjuang untuk Al-Qaeda di Afghanistan dan dekat dengan  Syeikh Osama bin Laden dan Syeikh Ayman al Zawahiri.

Mengingat keberhasilan koalisi di Idlib, Syeikh  Jaulani menyerukan faksi-faksi jihad lain untuk tetap bersatu sebagai satu kesatuan tentara untuk pertempuran selanjutnya. "Kami menyerukan kepada faksi Jaisy Al-Fath untuk tidak berpencar, dan mempertahankan kekuatan mereka melawan musuh, serta bermurah hati di antara satu sama lain, dan mengumpulkan kekuatan mereka dalam mendukung Islam dan kaum Muslimin, serta terus berbaris dengan berkah dari Allah," kata Syeikh Jaulani, menurut terjemahan SITE.  "Lanjutkan, wahai tentara Islam, kalahkan musuh kalian. Ada orang-orang yang terkepung di Damaskus dan pedesaannya, serta Homs dan Aleppo. Mereka menunggu kalian untuk menyelamatkan mereka, jadi jangan kecewakan mereka," seru Syeikh Muhaysini.

Syekh Muhaysini telah meminta faksi Jaisy Al-Fath untuk "mempertahankan" tentara mereka juga. "Bukan menggabungkan semuanya dalam satu fraksi, tapi mempertahankan pasukan ini, membuat pasukan ini berdiri tegak, menjadikannya sebagai kekuatan inti untuk membebaskan Damaskus," kata Syeikh Muhaysini dalam sebuah video yang dirilis secara online. Syeikh Muhaysini melanjutkan: "Kalian mempersiapkan invasi besar seperti invasi ini pada Homs atau Hama, atau di Teluk Sahel, atau pada jembatan al-Jisr atau yang lainnya, dan menguasai mereka dan tahu bahwa Allah tidak akan pernah mengurangi pahala perbuatan baik kalian."

Halaman Twitter resmi Jaisy Al-Fath telah memposting bahwa koalisi bukanlah "hanya ruang operasi bersama yang bersifat sementara"  yang dikumpulkan hanya untuk pertempuran Idlib, tetapi "mereka merupakan tentara sejati" yang akan melanjutkan jihad untuk  “penaklukan" lainnya.

Deddy | The Long War Journal | Jurniscom