GAZA (jurnalislam.com)– Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, merilis video terbaru pada Selasa (24/6/2025) yang menampilkan dokumentasi serangan dalam rangkaian operasi yang mereka sebut sebagai “Batu Daud”. Video ini memuat sejumlah aksi perlawanan yang menargetkan tentara dan kendaraan militer Israel di wilayah timur Khan Yunis, Jalur Gaza selatan.
Dalam tayangan tersebut, sejumlah operasi disebut berhasil menimbulkan korban di pihak militer Israel. Berikut rincian waktu dan lokasi serangan yang diungkapkan Al-Qassam:
– 11 Juni 2025, di Al-Sanati, Abasan al-Kabira, timur Khan Yunis:
Operasi penembakan oleh penembak jitu terhadap pasukan Israel mengakibatkan dua tentara mengalami luka serius.
– 15 Juni 2025, di Al-Qudayhat, Abasan al-Kabira:
Sebuah bangunan yang diklaim digunakan oleh 11 tentara Israel menjadi sasaran rudal TBG dan roket. Serangan ini menyebabkan sejumlah tentara tewas dan luka-luka. Brigade Al-Qassam juga melaporkan keberhasilan dalam menargetkan pengangkut personel lapis baja dengan alat peledak.
– 16 Juni 2025, di Abasan al-Kabira:
Operasi gabungan antara Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Quds diklaim menewaskan dan melukai beberapa tentara Israel.
– 18 Juni 2025, di Al-Sanati, Abasan al-Kabira:
Operasi penembak jitu gabungan dengan Saraya al-Quds dilaporkan menewaskan seorang sersan pertama dari Unit Teknik militer Israel.
Selain video, Brigade Al-Qassam juga merilis pernyataan tertulis pada hari yang sama. Dalam keterangan resminya, mereka menyebut:
“Pejuang Al-Qassam melakukan penyergapan kompleks terhadap pasukan Zionis yang bersembunyi di sebuah rumah dengan rudal ‘Yassin 105’ dan rudal ‘RBG’, menewaskan dan melukai tentara musuh. Setelah itu, bangunan tersebut kembali dihantam dengan tembakan senapan mesin di area ‘Old License’, selatan Khan Yunis.”
Masih dari wilayah yang sama, Brigade Al-Qassam juga mengklaim telah menargetkan tank Merkava milik Israel dengan alat peledak jenis “Shawaaz” dan rudal “Yassin 105”.
Seluruh informasi ini belum dapat diverifikasi secara independen oleh media internasional karena keterbatasan akses ke wilayah konflik.