Pemerintah Suriah Umumkan Gencatan Senjata di Suwayda, Kelompok Badui Mundur

Pemerintah Suriah Umumkan Gencatan Senjata di Suwayda, Kelompok Badui Mundur

DAMASKUS (jurnalislam.com)– Pemerintah Suriah pada Sabtu (19/7/2025) mengumumkan penghentian bentrokan mematikan di Provinsi Suwayda, menyusul perintah langsung dari Presiden Ahmed al-Sharaa untuk melakukan pembersihan terhadap kelompok bersenjata Badui dan memberlakukan gencatan senjata.

Langkah ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pasukan keamanan dikerahkan ke wilayah selatan yang tengah dilanda kekacauan. Pengumuman tersebut juga mengikuti kesepakatan terpisah yang ditengahi oleh Amerika Serikat guna mencegah eskalasi lebih lanjut, termasuk serangan udara Israel terhadap Suriah.

Sebelum pengumuman resmi, sejumlah laporan menyebutkan masih terdengar suara tembakan senapan mesin dan penembakan mortir di kota Suwayda serta desa-desa sekitarnya. Namun, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa dalam insiden terakhir tersebut.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Nour al-Din Baba, mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi SANA bahwa pertempuran berhasil dihentikan setelah “upaya intensif” untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dan pengerahan pasukan pemerintah ke wilayah utara dan barat Suwayda.

“Kota Suwayda kini telah dibersihkan dari seluruh pejuang suku, dan bentrokan di lingkungan kota telah berhenti,” ujar Baba.

𝗘𝗳𝗲𝗸 𝗗𝗼𝗺𝗶𝗻𝗼 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗣𝗲𝗻𝗰𝘂𝗹𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗦𝗼𝗽𝗶𝗿

Ketegangan memuncak sejak Ahad lalu (13/7), setelah penculikan seorang sopir truk asal Druze memicu serangkaian aksi balas dendam. Insiden itu mendorong pejuang bersenjata dari berbagai suku di seluruh negeri menuju Suwayda untuk mendukung komunitas Badui.

Bentrokan kemudian meluas, dan pasukan pemerintah Suriah terlibat langsung. Pada Rabu, Israel turut melancarkan serangan udara ke Suwayda dan Damaskus, dengan alasan untuk melindungi komunitas Druze yang menuduh pasukan pemerintah melakukan pelanggaran terhadap mereka.

Pasukan pemerintah Suriah sempat mundur dari Suwayda pada Kamis (18/7) sebagai respons atas ancaman Israel.

𝗞𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸 𝗞𝗲𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮𝗮𝗻

Kementerian Kesehatan Suriah mencatat setidaknya 260 orang tewas dan lebih dari 1.700 orang terluka dalam bentrokan tersebut. Namun, laporan dari kelompok pemantau independen menyebutkan jumlah korban jiwa melebihi 900 orang. Selain itu, lebih dari 87.000 warga dilaporkan telah mengungsi dari wilayah konflik.

Pertempuran ini menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Presiden Ahmed al-Sharaa, yang baru mengambil alih kekuasaan setelah menggulingkan Bashar al-Assad pada Desember lalu.

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Sabtu, Presiden al-Sharaa menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan pertempuran dan bekerja sama dengan pemerintah dalam memulihkan perdamaian.

“Meskipun kami menghargai keberanian klan Badui, kami menyerukan kepada mereka untuk menghormati gencatan senjata dan mematuhi perintah negara,” tegasnya. “Saat ini, kita memerlukan persatuan dan kerja sama untuk melindungi negara dari intervensi asing dan provokasi internal.”

Al-Sharaa juga mengecam serangan Israel, menyebutnya sebagai tindakan yang “mendorong Suriah ke fase berbahaya yang mengancam stabilitas nasional.”

𝗞𝗲𝗹𝗼𝗺𝗽𝗼𝗸 𝗕𝗮𝗱𝘂𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗗𝗿𝘂𝘇𝗲 𝗦𝗲𝗽𝗮𝗸𝗮𝘁 𝗠𝘂𝗻𝗱𝘂𝗿

Setelah pernyataan Presiden, pemerintah mulai mengerahkan pasukan ke Suwayda. Kelompok Badui kemudian mengumumkan kesediaan mereka untuk mundur dari kota dan menghormati gencatan senjata.

“Setelah berkonsultasi dengan para pemimpin klan dan suku, kami sepakat untuk mengutamakan akal sehat, menahan diri, dan memberi ruang bagi negara untuk menjalankan tugasnya memulihkan keamanan dan stabilitas,” demikian pernyataan faksi-faksi Badui. “Dengan ini, kami menyatakan bahwa semua pejuang telah ditarik dari kota Suwayda.”

Jurnalis Al Jazeera, Mohamed Vall, melaporkan dari Damaskus bahwa komunitas Druze juga tampaknya menerima kesepakatan gencatan senjata. Ia menyebutkan bahwa Sheikh Hikmat al-Hijri, salah satu pemimpin spiritual Druze, telah menyerukan pengawalan aman bagi pejuang Badui untuk meninggalkan kota.

“Pasukan keamanan dari Kementerian Dalam Negeri telah dikerahkan untuk memisahkan kelompok-kelompok yang bertikai dan mengawasi implementasi gencatan senjata,” ujar Vall.

Namun, ia juga mencatat masih adanya laporan pertempuran sporadis dan penolakan dari sejumlah pemimpin Druze terhadap penghentian permusuhan.

“Meski harapan untuk damai mulai tumbuh, ada kekhawatiran bahwa konflik ini belum sepenuhnya berakhir,” tambah Vall. (Bahry)

Sumber: Al Jazeera

Bagikan