JAKARTA(Jurnalislam.com)– Maraknya narasi yang tersebar tentang perang akhir zaman saat berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina, tidak boleh menjadikan umat Muslim di Indonesia mudah diombang-ambing oleh kepentingan politik internasional.
Hal ini disampaikan oleh Direktur IACSP Indonesia, Rakyan Adibrata pada webinar yang bertajuk ‘’Konflik Ukraina: Glorifikasi Akhir Zaman oleh Kelompok Ekstrimisme’’, Jumat (8/4).
Rakyan yang juga menyebutkan bahwa tersebarnya narasi-narasi perang, justru tidak terlalu berpengaruh di Eropa ataupun wilayah perang lainnya.
“Berbeda halnya dengan di Indonesia, terdapat pengaruh yang diberikan dalam konteks naratif mengenai narasi perang akhir zaman,” ujar Rakyan
Dalam webinar yang digelar oleh BPET MUI tersebut, Rakyan menjelaskan bahwa perang yang mulanya diharapkan selesai dalam kurun satu minggu, nyatanya masih berlarut-larut hingga berjalan satu bulan.
Melansir data dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, per 2 April 2022 disebutkan lebih dari 3.455 korban sipil, di antaranya 1.417 jiwa tewas dan 2.038 orang luka-luka.
“Perang ini mempengaruhi bagaimana pola pikir masyarakat Indonesia. Terlebih adanya keterlibatan muslim Chechnya yang menurukan lebih dari 10 ribu pasukan untuk bersama-sama dengan Rusia melakukan invasi kepada Ukraina,” tuturnya.
Rakyan juga menyatakan, dalam beberapa sumber disebutkan bahwa kelompok Kurdistan dari YPJ yang dulu terlibat aktif dalam perang Suriah, ikut serta turun ke medan perang.
Faktor-faktor tersebut pada akhirnya menciptakan narasi yang sangat berbahaya bagi Indonesia.
“Saya coba mendata persebaran narasi berdasarkan keyword di Indonesia dengan cara media monitoring. Tercatat per tanggal 13 Maret hingga 8 April, kata Ukraina diulangi lebih dari 1 juta kali pada berbagai platform media sosial di Indonesia yang kemudian diikuti kata Rusia,” ungkap Rakyan.
Melalui riset yang dilakukan olehnya, didapatkan data bahwa rasa ingin tahu masyarakat Indonesia mengenai apa yang terjadi di Ukraina masih sangat tinggi.
Di samping itu, dia menyatakan, salah satu tagar yang cukup terkenal saat berkecamuknya perang antara Rusia dan Ukraina yaitu #bangsarum. Tagar ini sengaja diciptakan dan disebarkan di sosial media Indonesia, karena target dari tagar tersebut adalah orang Indonesia sendiri.
“Kenapa hastag ini diciptakan? Karena bangsa Rum identik dengan nubuwat Rasulullah yang disebutkan dalam hadis. Bahkan jika kita teliti lebih jauh lagi narasi-narasi yang menggunakan hastag Bangsa Rum ini sudah terjadi sebelum perang dimulai,” jelas Direktur IACSP Indonesia.
Rakyan berpesan, perlu ada pernyataan sikap dari lembaga keagamaan dan ormas Islam termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendorong terciptanya kedamaian di tengah umat.
Ditambahkan Rakyan, peran utama umat muslim yaitu apabila terjadi pertikaian antara 2 kelompok, maka umat muslim berada di antara mereka untuk mendamaikan. Ia menyatakan bahwa umat Isla tidak justru menjadi salah satu pihak yang terlibat. (mui)