SRINAGAR (Jurnalislam.com) – Wilayah Jammu Kashmir yang diduduki India tetap lumpuh pada Sabtu hari keempat unjuk rasa umum yang diadakan untuk memprotes pembunuhan demonstran baru-baru ini oleh pasukan keamanan India, lansir Anadolu Agency, Sabtu (15/04/2016).
Selama dua hari terakhir, pemerintah India telah memberlakukan jam malam di beberapa wilayah dan memutus akses ponsel dan internet.
Pada tanggal 12 April, Mohammad Iqbal, 24, Nayeem Ahmad, 22, dan Raja Begum, seorang wanita berusia 60 tahun, ditembak mati dalam protes yang diadakan menentang dugaan penganiayaan seorang gadis Kashmir oleh seorang tentara India di kota Handwara di utara Jammu Kashmir sekitar 100 kilometer dari ibukota daerah Srinagar.
Kematian tersebut membawa ribuan pemuda turun ke jalan-jalan di seluruh wilayah, meneriakkan slogan-slogan anti-India dan bentrok dengan pasukan keamanan India, yang di beberapa tempat menembaki demonstran.
Pada tanggal 13 April, seorang pemuda lain, Jehangir Ahmad, tewas di Dragmulla, Kupwara setelah kepalanya diserang dengan tabung gas air mata, lebih meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Dua hari kemudian, Arif Ahmad, 18 tahun, tewas setelah pasukan India menembaki demonstran di Kupwara, sementara sejumlah lainnya menderita luka-luka terkena peluru.
Kepemimpinan pro-kemerdekaan di kawasan itu mempertahankan seruan untuk meneruskan unjuk rasa umum yang sedang berlangsung, sementara pasukan keamanan India memberlakukan jam malam di beberapa daerah untuk mencegah berkumpulnya sejumlah besar orang.
Gadis yang melancarkan laporan penganiayaan dan memicu protes, bersama dengan ayahnya, saat ini berada dalam tahanan polisi.
Pasukan keamanan India sejak itu merilis sebuah video di mana identitas gadis itu diungkap dan dia menyatakan bahwa dia tidak dilecehkan oleh tentara.
"Mengungkap identitas korban pelecehan seksual – dan masih muda – adalah ilegal di bawah hukum India," kata aktivis hak asasi manusia Khurram Parvez.
"Sejak itu, mereka menahannya (di tahanan polisi), tidak memberikan akses bagi dirinya untuk memperoleh bantuan hukum," tambah Parvez.
Pada hari Sabtu, keluarga gadis itu berusaha untuk mengadakan konferensi pers di Srinagar, tetapi polisi mencegah mereka untuk berbicara kepada wartawan.
"Kami mendapat perintah tidak mengizinkan keluarga mereka untuk berbicara dengan siapa pun karena kita tidak tahu apa yang akan mereka katakan," kata seorang pejabat polisi kepada wartawan India.
Ibu gadis itu mengatakan bahwa putrinya telah dianiaya oleh seorang prajurit India sebelum diseret ke kantor polisi di mana dia dipaksa untuk membuat pernyataan yang mendukung tentara India melakukan kesalahan.
"Orang-orang bereaksi terhadap penyalahgunaan putri saya dengan meminta tentara tersebut ditangkap," ibu gadis itu mengatakan dengan bersikeras anonimitas karena takut mendapat balasan.
"Tapi polisi dan tentara membunuh orang-orang yang mendukung," kata ibu yang tertekan itu kepada Anadolu Agency.
"Untuk menyelamatkan image tentara India, mereka memaksa anak saya memberikan pernyataan di bawah paksaan dan sejak itu menahannya di 'tahanan protektif'," tambahnya.
"Saya ingin anak saya kembali;. Saya takut dia akan menderita pelecehan lebih lanjut dan penyiksaan di sana [yaitu, di tahanan polisi] saya tidak diizinkan untuk melihat putri dan suami saya," katanya.
Kashmir, wilayah Himalaya yang mayoritas Muslim, dikuasai oleh India dan Pakistan di beberapa bagian dan diklaim oleh kedua Negara tersebut secara penuh. Sebuah potongan kecil wilayah Kashmir juga dipegang oleh China.
Pakistan dan India terlibat tiga kali perang – pada tahun 1948, 1965 dan 1971 – sejak partisi yang terakhir pada tahun 1947.
Dua dari konflik tersebut memperebutkan Kashmir.
Sejak tahun 1989, kelompok-kelompok perlawanan Kashmir di wilayah Kashmir yang dipegang India (Jammu Kashmir) telah berjuang melawan penjajah India untuk menuntut kemerdekaan atau penyatuan dengan negara tetangga Pakistan.
Puluhan ribu warga Kashmir dilaporkan telah tewas dalam kekerasan itu, sebagian besar dari mereka tewas oleh pasukan India.
India saat ini diperkirakan mempertahankan sekitar 500.000 pasukannya di Jammu Kashmir.
Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam