Afiliasi Al Qaeda Mali Utara Serang Agen Lokal Tentara Salib dan Militer Perancis

MALI (Jurnalislam.com) – Ansar Dine, faksi jihad yang beroperasi di Mali dan merupakan pasukan Al Qaeda di Maghreb Islam (AQIM), mengaku bertanggung jawab atas tiga serangan di Mali utara selama beberapa hari terakhir. Serangan itu diakui oleh AQIM atas nama Ansar Dine, lansir The Long War Journal, Ahad (27/12/2015).

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis secara online oleh AQIM kemarin, cabang Al Qaeda tersebut mengakui bahwa Ansar Dine menargetkan barak militer agen Perancis pada tanggal 24 Desember di desa Talhandak yang terpencil di utara, menurut SITE Intelligence Group.

Ansar Dine mengatakan mereka menargetkan agen lokal Tentara Salib yang dikenal sebagai Trawa Trawa, yang memimpin sel keamanan internal yang didanai oleh Perancis di Mali utara untuk melawan Islam dan kaum Muslimin.

AQIM juga mengatakan bahwa para mujahidin mampu membebaskan 11 tahanan yang ditahan oleh Trawa Trawa.

Kota Talhandak dikendalikan oleh gerakan separatis Tuareg the National Movement for the Liberation of Azawad (MNLAGerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad).

Menurut Sahara Media, Ansar Dine mampu mengendalikan Talhandak dalam serangan itu. Dalam koordinasi dengan serangan yang lebih besar di Talhandak, AQIM juga mengakui bahwa Ansar Dine menyerang konvoi pasukan MNLA dekat Kidal.

Pasukan MNLA dilaporkan sedang berada dalam perjalanan menuju Talhandak untuk memberikan bala bantuan kepada pasukan yang terkepung di sana. Penyergapan mengakibatkan terbunuhnya empat agen, termasuk komandan gerakan MNLA, kata AQIM.

Namun, sebelum serangan tersebut, AQIM melaporkan bahwa Ansar Dine menargetkan kendaraan militer Chad dan Perancis dengan perangkat peledak improvisasi (IED) di dekat Tessalit.  Mujahidin mengatakan ledakan tersebut menghancurkan seluruh pasukan musuh.

Bagian dari pernyataan ini juga diarahkan ke MNLA. "Kalian tahu betul bahwa Tentara Salib bersama rezim boneka mereka, berusaha dengan segala cara untuk melibatkan Anda dalam perang proxy melawan orang tertindas," AQIM mengatakan, "Jadi mengapa kau bersikeras membuat para istri dan anak-anak Anda menjadi janda dan yatim dalam membela Tentara Salib, yang membunuh dan mengusir orang-orang kami di masa lalu dan sekarang? "AQIM kemudian menyerukan agar MNLA berhenti membantu Tentara Salib dan memperingatkan orang-orang yang menolak bahwa pedang AQIM akan mencapai semua orang yang bergabung dengan jajaran Tentara Salib dalam perang melawan Islam dan kaum muslimin.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh AQIM tersebut adalah yang kedua kalinya bulan ini bahwa cabang Al Qaeda tersebut mengakui serangan atas nama Ansar Dine.

Pada tanggal 15 Desember, AQIM juga mengakui serangan terhadap kota Niono, pusat Mali, untuk Ansar Dine juga.

AQIM menjadikan Ansar Dine sebagai lengan lokal di Mali. Dalam surat rahasia yang ditemukan di Timbuktu pada awal 2013, amir AQIM Abdelmalek Droukdel memerintahkan anggotanya untuk menutupi operasi mereka dan berpura-pura menjadi sebuah gerakan domestik di bawah Ansar Dine untuk menghindari perhatian internasional.

Serangan-serangan ini terjadi saat pasukan al Qaeda di Mali melakukan rebranding dan restrukturisasi pasukan setelah Perancis memimpin misi militernya saat ini dan PBB memimpin patroli pasukannya.

Pada 2015, Mali mengalami peningkatan serangan Al Qaeda yang signifikan dibandingkan dengan 2014, mencakup lebih dari 30 serangan di selatan negara itu, dibandingkan dengan tahun lalu yang tidak ada serangan. Serangan ini mencakup banyak serangan oleh Gerakan Pembebasan Macina, yang merupakan kelompok pejuang Ansar Dine. Juga termasuk dua serangan besar di ibukota negara Bamako oleh Al Murabitoon, yang bergabung ke AQIM.

Sementara itu, serangan di utara tetap konstan. Hanya bulan lalu, Ansar Dine menargetkan basis PBB di Kidal dengan roket, menewaskan tiga orang. Serangan itu adalah serangan ketiga kalinya tahun ini yang menargetkan sebuah markas.

Pada bulan Maret, serangan roket menghantam markas, menewaskan seorang pasukan Chad. Pada tanggal 17 Januari, mujahidin al Qaeda menyerang markas di Kidal menggunakan dua bom mobil yang dikemudikan oleh syuhada dan rentetan roket.

Meskipun Prancis melakukan intervensi di Mali pada awal 2013 dan operasi militernya dilaksanakan di wilayah tersebut, al Qaeda dan sekutunya terus meluncurkan serangan seperti biasa. Lebih dari 50 pasukan multinasional PBB tewas di Mali sejak 2013, dan menjadikannya salah satu misi PBB paling berbahaya di dunia.

Deddy | TLWJ | Jurnalislam

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses