Umat Islam Tolak “Pura Terbesar Se-Asia” di Dompu, NTB

DOMPU (Jurnalislam.com) – Keberadaan Pura Hindu yang diklaim sebagai Pura terbesar se-Asia di Desa Pancasila Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat yang diresmikan tanggal 9 September 2014 terus mendapat kecaman dari umat Islam.

Keberadaan Pura seluas lebih kurang 10 hektar tersebut dianggap telah meresahkan oleh warga desa Pancasila dan sekitarnya yang mayoritas bergama Islam.

Abdullah, seorang warga Desa Pancasila menuturkan kekecewaannya atas didirikannya Pura tersebut dengan alasan mayoritas warga desa Pancasila dan dusun sekitarnya beragama Islam, serta letak mata air desa mereka yang berdekatan dengan Pura tersebut.

"Kami masyarakat desa Pancasila dan enam dusun lainnya disini tidak setuju dengan keberadaan Pure tersebut, karena bukan daerah mayoritas umat hindu serta keberadaan sumber mata air kami yang berdekatan langsung dengan bangunan Pure," ungkapnya kepada Jurnalislam.com, Jumat (17/9/2014).

"Mereka mengerahkan aparat yang banyak beserta Pangdam Udayana serta jajaran tinggi lainnya, seakan ingin mengintimidasi kami yang tidak setuju dengan keberadaan Pura ini," lanjut Abdullah.

Pernyataan Sikap Forum Umat Islam (FUI)

Setelah melakukan kunjungan dan silaturahmi langsung ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dompu, Pemerintah Daerah melalui Wabup(wakil bupati) dan jajarannya, tokoh Agama, Ulama dan elemen masyarakat, maka Jamaah Ansharu Syariah (JAS) Mudyriah Dompu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Dompu, Yayasan As-Salam, serta ormas Islam lainnya yang tergabung dalam FUI Dompu, mengeluarkan pernyataan sikap atas keberadaan Pura “terbesar di Asia” yang berada diwilayah Kab. Dompu NTB.

Pernyataan sikap Forum Umat Islam Dompu terdiri dari 9 poin, diantaranya:

1. Kami atas nama umat islam dompu,menolak pembangunan Pura Hindu di daerah mayoritas muslim tersebut, karena tidak sesuai dengan SKB 3 menteri mengenai ijin pendirian tempat ibadah, yaitu dalam pasal 13 ayat 1, 2 dan 3 dan pasal 14 ayat 1, 2 dan 3, serta pasal 15 ayat 1 dan 2.

2. Pembangunan Pura Hindu yang dilaksanakan dengan penuh rekayasa dan intimidasi terhadap penduduk setempat yang mayoritas muslim dapat menimbulkan gesekan dan intoleransi umat beragama.

3. Di lokasi keberadaan Pura Hindu tersebut, berdekatan langsung dengan sumber mata air masyarakat yang merupakan sumber kebutuhan hidup masyarakat muslim dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kegiatan peribadatan umat Hindu yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 09 september 2014 kemarin, yang dihadiri oleh Pangdam Udayana, Korem serta dengan memobilisasi umat Hindu yang banyak, telah mengganggu ketentraman umat islam yang merupakan warga mayoritas di wilayah tersebut

5. Penggunaan istilah atau kalimat "Pura terbesar di Asia" tersebut, mencederai perasaan umat Islam yang merupakan umat mayoritas di bumi Nggahi Rawi Pahu (Beriman) Dompu NTB.

6. Kami mengajak pemerinrah Kabupaten Dompu untuk meninjau ulang ijin pembangunan Pura terbesar di Asia tersebut.

7. Kami menghimbau kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, serta umat Islam untuk merapatkan barisan dan melakukan penolakan terhadap keberadaan Pura terbesar di Asia tersebut.

8. Kami menghimbau umat islam di kabupaten Dompu khususnya dan umat Islam ditempat lain untuk tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis,sara dan selalu menjaga stabilitas keamanan.

9. Bila pernyataan sikap ini tidak ditanggapi dengan bijak dan serius, maka kami akan mengerahkan massa untuk melakukan aksi atas nama Hak Umat Islam yang ternodai.

Editor : amaif

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.